Sabtu, 11 Oktober 2014 M – 16 Dzulhijjah 1435 H
Penulis: WIZA NOVIA RAHMI
Curhat salah seorang pelajar
kepada Justic beberapa minggu lalu...
ilustrasi. sumber: pikiranmerdeka.com |
Selalu setiap sampai di rumah,
aku merasa dikecam. Betapa tidak, aku yang biasanya pulang tepat waktu, kini
pulang ketika mentari hampir mengendap. Sehabis belajar aku menyibukkan diri di
ruang tempat ku berorganisasi. Ruang yang memberi ku semangat untuk tetap
berkarya di tengah guratan yang seringkali ku alami. Di tempat itu, kenyamanan
selalu menghinggapi, karena ku amat mencintai organisasi ini..
Kala itu, aku pulang senja
lagi, ketika ibu bersantai menikmati pelangi. Kata ibu “pakai seragam pukul
enam pagi, ganti seragam pukul enam sore”. Kalimat itu sering menghunjami telinga
ku, namun aku selalu memperkuat hati dan berkata “aku bukan keluyuran bu,
tempatku jelas, aku masih berada di lingkungan tempatku sekolah, aku bukan
seperti mereka yang di luar sana”.
Ku sadari kekhawatiran ibu,
tapi tak kuasa ku elak keinginan ibu tuk
berhenti dari organisasi yang ku erami.
Pernah suatu ketika, aku
berada pada posisi yang bisa dibilang cukup tinggi di organisasiku. Namun tiada
pernah ku cerita pada ibu. Aku yakin, tak kan ada kata penyemangat yang akan
ibu lontarkan perihal organisasiku. Ibu tidak menyukai organisasiku ini. Ibu
selalu menuntut agar aku bergerak di bidang yang ibu inginkan. Tapi memang
tiada bisa dipaksa. Aku amat mencintai organisasiku.
Rumah ku yang tak begitu jauh
dari sekolah tak bisa memberi ku alasan untuk tinggal di kost. Padahal, aku
ingin sekali tinggal di kost, bukan perkara bebas dan jauh dari pengawasan
orangtua, tapi karena aku ingin memaksimalkan diri di organisasi selagi aku
masih berada di sekolah ini. Namun nampaknya tiada celah bagiku untuk merajut cita.
“tapi bu, biarkan aku berkarya
selagi jenuh belum hinggapi diri lemahku” | JUSTIC
Posting Komentar untuk "CURHAT - BIARKAN AKU BERKARYA, BU.."