Rabu, 19 Desember 2018 M
Reporter: Wiza Novia Rahmi
Ket: Alumni MTI Canduang bersama Dr. H. Syukri Iska, M.Ag. di depan Masjid Azhar |
JUSTIC. Ketua Yayasan Syekh Sulaiman Arrasuli (SSA), Dr. H. Syukri Iska,
M.Ag., yang juga merupakan Direktur Pasca Sarjana IAIN Batusangkar melakukan
kunjungan ke Mesir dalam rangka meneliti tentang Ekonomi Syari’ah di beberapa
kampus. Hal ini dimanfaatkan oleh Persatuan Anak Tarbiyah (PERSAT) Mesir untuk
mengundang beliau ke Ruwaq Indonesia, tepatnya pada Jum’at (14/12) yang lalu.
PERSAT Mesir merupakan organisasi persatuan alumni Madrasah
Tarbiyah Islamiyah (MTI) yang sedang mengaji dan menuntut ilmu di
Mesir. Organisasi ini diresmikan tanggal 22 Oktober 2018 dan diketuai oleh
Afriul Zikri dengan anggota berasal dari alumni tarbiyah di Sumatera Barat dan
Riau.
Ket: Foto bersama usai pertemuan dengan Dr. H. Syukri Iska, M.Ag. |
Alumni yang murni tamat di MTI Canduang yang saat ini tengah
belajar di Azhar ada 8 (delapan) orang. Yaitu, Aisyah Kurnia Ilahi (tamat tahun
2018), Fitria (tamat tahun 2018), Afriul Zikri (tamat tahun 2017) Ahmad Ghazali
(tamat tahun 2017), Hari Defidra Sulaiman (tamat tahun 2016), Akmal Nur Hakim (tamat
tahun 2015), Dona Mandrasih (tamat tahun 2014), dan Taher (tamat tahun 2012).
Sedangkan yang tidak murni tamat di MTI Canduang, dalam
artian pernah mengenyam pendidikan namun tidak sampai perayaan penyerahan
ijazah kelas 7 (tujuh) ada 3 (tiga) orang. Yaitu Ahmad Wirsa (sampai kelas 6), Ahmad Luthfi Nasri (sampai kelas 5) dan
Fadhilatul Rahman Arha (sampai kelas 4).
Perbincangan bersama Syukri Iska tersebut memuat tentang
sejarah Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI) dan peran sertanya dalam
mempertahankan ahlussunnah wal jama’ah di Indonesia, khususnya di Ranah
Minang. Tak lupa dengan dinamika yang terjadi pada tubuh PERTI dan
Tarbiyah-PERTI lainnya. Di mana, beliau juga Wakil Majelis Mustasyar Pusat
Tarbiyah-PERTI, yang tentu saja telah memahami bagaimana seluk-beluk PERTI
tersebut.
Beliau juga menyampaikan rasa haru manakala melihat
mahasiswa melewati gang-gang di depan Azhar sembari menyandang kitab untuk
menghadiri majelis ilmu ( talaqqy ). Di mana sangat berbeda dengan lingkungan
yang ada di Indonesia. Serta berpesan untuk selalu memanfaatkan waktu dengan
semaksimal mungkin selama berada di negeri yang sarat dengan ilmu agama ini. Tak
boleh melupakan pondok pesantren dan kampung halaman. Dan salah satu hal yang
penting, berikan motivasi kepada adik-adik yang sedang belajar di pesantren
agar mereka bisa pula mengaji di Azhar nantinya. Sehingga adanya kontinuitas
generasi. || WNR - JUSTIC
IMTI_Jabodetabek nyusul, hehe
BalasHapusInsyaAllah